Sinetron Yang Mendidik Bangsa

Anggapan banyak orang bahwa tayangan sinetron di TV tidak mendidik sepertinya perlu di revisi. Karena setelah saya melakukan riset sendiri terhadap tayangan sinetron, ternyata tayangan sinetron justru media pendidikan yang lebih efektif! Bukannya saya membela para pengusaha producer sinetron, tetapi saya mengajak Anda untuk berhenti sejenak dan meluangkan waktu untuk berpikir dengan objektif.


Sinetron Anugrah
Ribuan Judul Sinetron
Sejak chanel TV swasta mulai beroperasi (1989) di Indonesia, sudah ribuan judul sintron di tayangkan di Indonesia. Mulai dari yang bertema kehidupan percintaan, perjalanan anak muda mengejar cita-cita (seperti Si Doel Anak Sekolahan), cerita-cerita yang nggak masuk akal (seperti sinetron Tuyul dan Mbak Yul), dan cerita cinta yang dibalut nuansa ISLAM (seperti sinetron Ketika Cinta Bertasbih). Perkembangan sinetron dari tahun ke tahun memang tidak nampak signifikan dari segi content (muatan), kehadirannya memang untuk memenuhi dahaga masyarakat akan hiburan ringan untuk melepas lelah. Melihat kehidupan orang lain dengan segudang permasalahannya, nampaknya memang menjadi hiburan spesial bagi siapa saja penikmat sinetron.

Sinetron Ketika Cinta Bertasbih

Protes Dari Kalangan Akademisi
Sudah lama masyarakat memprotes tayangan sinetron yang semakin hari semakin dianggap tidak mendidik. Pertama, tayangan sinetron sudah mulai masuk dalam kategori membosankan. Ceritanya bisa ditebak, dan biasanya cuma salah satu dari tema berikut ini:

  1. Laki-laki ganteng + kaya, nggak sengaja ketemu sama wanita miskin, teraniaya, dan biasanya sering menangis, trus konflik, akhirnya jatuh cinta.
  2. Laki-laki miskin, hidup sederhana dan teraniaya, nggak sengaja ketemu wanita cantik dan kaya, sedikit konflik, lalu jatuh cinta.
  3. Laki-laki kaya + ganteng, si wanita juga cantik dan kaya, trus konflik sama anggota keluarga yang nggak setuju sama hubungan mereka, tapi mereka tetap menghadapi badai rintangan yang menggiyahkan cinta mereka (huwek..).
  4. Ceritanya itu lagi itu lagi, tapi dibungkus dengan judul yang berbeda, dengan pemeran yang berbeda, dan tokoh-tokoh dengan nama berbeda (tapi ceritanya tetap sama).
Sinetron Kemilau Cinta Kamila Tiada Akhir

Sinetron Mendidik
Konflik yang disuguhkan dalam sinetron umumnya mengandung unsur kekerasan dan politik yang licik meskipun dalam skala keluarga. Dua hal ini lah yang yang mempengaruhi emosi penonton dan terekam dalam alam bawah sadarnya. Para penonton secara tidak sadar sedang dididik untuk menjadi pribadi yang kasar dan licik, serta dibuat iri dengan kemilau harta benda yang dimiliki tokoh dalam sinetron tersebut... mobil mewah, rumah besar, dan lain sebagainya. Tentu saja pemirsa akan diajari cara hidup konsumtif, licik, dan menghalalkan segala cara. Akibatnya, begitu banyak konflik rumah tangga yang diilhami (dan mengilhami) cerita sinetron.

Sinetron Arti Sahabat

Bagi para remaja, sinetron untuk remaja biasanya juga seputar kehidupan di sekolah. Namun para tokoh dalam sinetron tersebut bukan berperan sebagai pelajar, tetapi sebagai seorang pengembara cinta yang terlibat kasus percintaan yang rumit dan berat. Hal inilah yang mendorong para remaja kita (yang masih bersekolah) untuk lebih mengedepankan prestasi kehidupan percintaannya daripada mengembangkan potensi akademiknya. Berapa banyak pelajar kita yang sudah berpacaran? Berapa Banyak pelajar kita sudah merasakan putus asa karena putus cinta tapi tidak peduli dengan nilai nol di ulangan matematikanya? Berapa banyak kasus tawuran antar pelajar yang biasanya disulut dari rebutan pacar? Apakah guru di sekolah pernah mengajarkan murid-muridnya untuk bergaya hidup mewah, egois, tawuran?? Siapa yang mendidik mereka untuk bersikap demikian? 

Sinetron Si Entong
Bagaimana dengan Anak-Anak?
Sinetron yang ditayangkan untuk anak-anak umumnya juga tidak kalah bersaing. Yang sering saya jumpai, sinetron untuk anak-anak, biasanya tokoh utamanya adalah anak laki-laki kecil yang miskin dan teraniaya tapi pintar dan banyak akal. Tidak itu saja, para tokoh utama itu juga dibekali sebuah benda ajaib, benda yang dapat mengabulkan semua permintaan anak-kecil-miskin-teraniaya-tapi-cerdas-itu. Yah, anak-anak kita sedang dididik untuk mendapatkan sesuatu dengan mudah, karena mengharapkan keajaiban pasti kan datang, tak perlu susah payah berusaha.


Sinetron Potret Kehidupan Yang Menyesatkan
KESIMPULAN
Kita sudah menyaksikan uraian bagaimana masyarakat kita dididik oleh lembaga pendidikan yang salah (sinteron). Mulai dari Anak-anak, remaja, hingga mereka yang dewasa (kalo nggak mau disebut TUA) dididik dengan gaya hidup hedonisme, dan menghalalkan segala cara. Semoga kedepan para pelaku industri sinetron di Indonesia lebih mengedepankan nilai-nilai yang lebih bermartabat dan bukan hanya mencari keuntungan semata, karena kita semua tahu... bahwa Sinetron jauh lebih efektif mendidik bangsa ini daripada sekolah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kehidupan Mahasiswa

Ibu Sayang

Membela Tuhan