Kopi Pagi dan Cinta Padangan Pertama
Dari judulnya "KOPI PAGI DAN CINTA PANDANGAN PERTAMA", tentu saja tulisan ini bukan semata catatan resep membuat kopi yang nikmat (karena ada kata CINTA), tapi juga tidak sepenuhnya tentang cinta (karena ada kata KOPI).
Jadi tulisan ini tentang apa?
Apa hubungannya Kopi Pagi dengan Cinta?
Kenapa saya menulis catatan ini?
Satu-satunya jalan terbaik untuk mengetahui jawaban atas pertanyaan tersebut adalah: membacanya secara keseluruhan.
Saya terinspirasi sebuah tulisan dari Baba Kumasafi dalam bukunya yang berjudul Ensiklopedia Buruk Rupa. Bagi anda penikmat kopi (atau, setidaknya pernah minum kopi), saat terbaik minum kopi adalah:
Saat pagi hari ketika akan mulai menjalani aktivitas rutin sehari-hari
Saat siang hari ketika sedang menyiapkan rapat
Saat sore hari ketika sedang beristirahat dengan teman
Atau, saat malam hari ketika membutuhkan inspirasi
Well, laksana kopi pagi... sesaat setalah diaduk, semua bubuk kopi itu semburat berpencar kesegala arah. Saat itu ampas kopi bercampur dengan larutan kopi dan menyisakan warna hitam di seantero gelas. Semakin lama, adukan itu semakin mereda, sehingga terpisah antara ampas kopi yang mengaburkan, dengan larutan kopi yang bisa dinikmati.
Di saat awal, memang semuanya begitu menggoda... namun beberapa menit setelahnya, barulah semua potensi kopi tersebut keluar: apakah kopi tersebut sangat kuat aromanya, bagaimana kepekatan larutan kopinya, bagaimana harmoni komposisi gula dan airnya, dan semua variabel-variabel lainnya yang membuat sebuah kopi menjadi NIKMAT!
Seperti itu pula kecantikan/ketampanan. Sebagai kesan pertama, memang sangat menggoda: sebagai penarik perhatian. Inilah yang disebut dengan cinta pada pandangan pertama. CINTA PANDANGAN PERTAMA adalah biasanya MURNI karena ketertarikan akan kecantikan fisik, atau merespon terhadap latar depan... tapi setelah melalui serangkaian proses pendalaman yang cukup, rasa "cinta" itu pasti juga akan memudar (atau dalam bahasa kopi disebut pengendapan ampas kopi).
Setelah pengendapan itu tuntas, yang terjadi kemudian adalah cinta atas logika. Cinta akan kembali diuji atas pertanyaan, "apakah aku mampu bertahan dengannya?", atau sebaliknya, "apakah dia mampu bertahan denganku?". Barulah kemudian membandingkan kecantikan/ketampanan fisiknya dengan kecantikan/ketampanan karakternya.
Yah, pada akhirnya... karakter seseoranglah yang menjadikan cinta menjadi lebih hidup dan berarti (menurut para pakar). Kabar baiknya, anda tak perlu khawatir jika tampang anda kurang menarik... karena sejatinya, karakter seseoranglah yang menjadikan seseorang itu CANTIK/TAMPAN.
INTERMEZZO
Perumpamaan kopi pagi ini hanya berlaku bagi mereka yang sama-sama bertampang baik, sehingga cinta pada pandangan pertama terjadi. Atau, setidaknya salah satu yang bertampang baik sementara satu lainnya mempunyai jiwa pantang menyerah yang baik. tetapi jika keduanya sama-sama bertampang buruk, rasanya akan sulit mencapai cinta pada pandangan pertama.
Komentar
Posting Komentar