Menemukan Kebahagiaan Dalam Fotografi (Bagian 2: Gambar Digital)

Tahun 2006 adalah perjalanan pertamaku memasuki dunia fotografi digital, karena Papa saya membelikanku kamera poket Casio Exilim EX-Z850, yang ditujukan untuk mengabadikan momen wisuda saya nantinya. Sayangnya sebelum tujuan utama kamera ini dibeli (foto wisuda saya), kamera ini sudah rusak... mulai dari LCD Vignet, kemudian LCD Blank, sampai tidak bisa nyala sama sekali. Tapi saya sudah mengabadikan cukup banyak momen dan peristiwa di Surabaya, Tulungagung, Bandung, Jakarta, Bogor dan Malang. 



Kamera ini mampu menggambar dengan cahaya berformat JPEG berukuran 3264 x 2448 pixels (sekitar 8 megapixels). Saat itu saya pasangkan kamera ini dengan mini SD Card ukuran 4GB (ukuran yang cukup besar di jamannya), dan sanggup menelan sekitar 1500 JPEG. Untuk ukuran jaman sekarang, 8 Megapixel bukanlah sesuatu yang besar, tapi di jaman dulu, untuk membuka gambar ukuran ini di komputer (misalnya untuk diedit di Photoshop) bisa membutuhkan waktu yang cukup lama. Bahkan, monitor komputer saya tidak mampu menampilkan 100% gambar 8 MP. Sebagai gambaran, saat itu saya menggunakan komputer Windows XP yang ditenagai prosesor Intel Celeron (800 MHz) dengan RAM 256 MB, monitor VGA beresolusi 640 x 480. Dibawah ini adalah sample foto yang dihasilkan kamera ini (tanpa edit) dalam kondisi pencahayaan yang bagus.




Kamera ini juga dibekali dengan built-in pop-up flash yang cukup handy ketika dibutuhkan, meskipun dalam konidisi siang hari, sebagai fill in flash di area yang tertutup bayangan.


Rentang ISO pada kamera ini juga tidak terlalu impresif, hanya 100-400 ISO, sangat kecil untuk standar kamera digital jaman sekarang, apalagi jika dibandingkan dengan kamera di smartphone saat ini. Kecepatan rana juga tergolong lambat, hanya sekitar 60 detik - 1/ 16000 detik. Tapi kemampuan menangkap gambar di kondisi minim cahaya (low-light) sudah cukup memuaskan jika dibandingkan kamera handphone di jamannya.



Foto dibawah ini adalah foto yang paling artistik menurut saya, dan itu diambil dengan mode auto oleh teman saya, Maki.

Di saat saya menggunakan kamera ini, lebih dari 95% foto-foto yang saya ambil adalah dengan mode Auto. Saya pernah mencoba-coba mode lainnya, tapi karena saat itu saya belum mempelajari dasar-dasar fotografi, saya tidak menggunakan mode lain selain Auto mode.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kehidupan Mahasiswa

Ibu Sayang

Membela Tuhan