Bukan Super Mario

"Sahabatku yang baik hatinya"
"Adik-adikku yang impiannya besar"
"Saudaraku yang lembut hatinya"
Kira-kira begitulah motivator kondang negri ini (saya gak bilang Mario Teguh lho ya) menyapa pemirsanya. Tapi aku bukanlah dia, jadi cukup Selamat Pagi, Siang, Sore dan Malam, Assalamualaikum buat menyapa teman-teman yang SUPER ini (ah, masih ada Mario Effect).
OK, apa yang sebenarnya ingin saya bagikan ke teman-teman?



Dua hal...

Yang Pertama:
Kita hidup di era serba tergesa. Kita tidak hidup di alam rimba, dimana yang kuat memangsa yang lemah.
Kita hidup di zaman "SERBA TERGESA", era "I HATE SLOW", dimana kecepatan adalah segalanya.

Para pengguna internet mencari operator yang menawarkan koneksi internet CEPAT. Para wanita mencari sabun pencuci muka yang mencerahkan kulit wajah dalam waktu CEPAT. Para profesional mencari komputer yang CEPAT. Para pengusaha mencari distributor yang CEPAT, Manajer Proyek ingin pekerjaannya selesai dengan CEPAT, mesin cuci menawarkan Quick Wash Technology. Procecor Intel dengan inti ganda (dual core) menwarkan sensasi berkomputer ddengan lebih cepat. Segala hal di dunia ini telah dikerjakan dengan sangat CEPAT dibandingkan era sebelum sekarang ini, sekitar 30 tahun yang lalu.

Tapi... ada satu masalah yang sama dari tahun ke tahun yang masih dihadapi manusia modern.
Masalah itu adalah: kita tidak pernah punya cukup waktu. Kita selalu merasa kekurangan waktu, meskipun kita sudah menyelesaikan beragam hal dengan kecepatan yang luar biasa tinggi dibandingkan 30 tahun yang lalu. Kenapa kita masih sering kekurangan waktu? Kenapa rasanya kita tidak pernah punya waktu untuk beribadah (dalam arti luas).


Yang Kedua:
Kita terlalu sibuk dalam bekerja sehingga tak jarang mengabaikan keluarga, teman, kekasih, saudara, dan orang-orang di sekeliling kita. Produk teknologi semakin canggih dari waktu ke waktu, dan manusia terjebak dalam pengejaran benda-benda yang tidak dia butuhkan dan tiada akhirnya. Tanpa di sadari manusia telah kehilangan jati dirinya sebagai manusia. Hidup manusia semakin tidak bermakna dari ke hari.

Seorang fresh graduate bekerja sebagai tenaga penjualan berpenghasilan Rp. 3,6juta/bulan. Sebagian uangnya digunakan untuk memiliki BlackBerry Bold.Kini blackberry bold di tangannya, berinternet, sms, telepon, dan BlackBerry Messenger, memutar MP3, menonton video, dan membuat dokumen Microsoft Office.

Tahun berikutnya, Blackberry meluncurkan produk yang lebih terbaru, BlackBerry Torch. Blackberry ini tidak menggunakan trackball sebagai navigasinya, tetapi menggunakan teknologi layar sentuh. Salesman itu menjual BlackBerry lamanya dan mendapatkan Blackberry Torch yang baru.

Beberapa bulan setelah digunakan, dia sadar bahwa BlackBerry tidak terlalu bagus, tidak ada yang special dari BlackBerry selain menu BlackBerry Messenger yang tidak lain hanyalah fitur yang sama dengan sms ataupun email. Ia memutuskan untuk mengganti "gadget pintar"-nya itu dengan produk SAMSUNG Galaxy yang ramai dibicarakan orang. Samsung Galaxy SII telah menggunakan sistem operasi Android Honeycomb dengan teknologi layar Super Clear AMOLED display.

Tapi... hanya 6 bulan setelahnya muncul seri terbaru Android v.4 (IceCream Sandwich) dalam ponsel terbaru yang namanya SAMSUNG Galaxy Nexus. Iapun segera menabung untuk mendapatkan ponsel mewah tersebut. Tapi ia bingung... karena di saat yang sama, NOKIA mulai bangkit dan segera meluncurkan ponsel dengan sistem operasi Windows Phone 7.5 (Mango). Dia juga dihadapkan pilihan yang sulit ketika Apple Computer mengumumkan peluncuran iPhone 4S dengan sistem operasi iOS v.5. Bahkan... SAMSUNG sendiri akan segera mengeluarkan SAMSUNG Galaxy NOTE, smartphone yang mempunyai dua input: touch and stylus

Pada akhirnya dia hanya memburu benda-benda yang tidak ia butuhkan. Ia hanya membutuhkan sarana untuk menelpon, sms, dan menulis catatan. Dan dia terjebak dalam lingkaran pengejaran tiada akhir.

Apakah tidak terlalu berlebihan jika masih ada saudara kita yang memungut koran-koran bekas sholat ied dan dijual dengan harga Rp800/kg, sementara gaya hidup hedonisme masih kita lakukan?

Apakah tidak terlalu berlebihan jika masih ada saudara kita yang kesulitan membayar hutang-hutangnya pada tetangga, sementara kita menghabiskan waktu menatap layar 4 inch smartphone kita dengan menyelesaikan setiap level game Angry Birds?

Ah... hidup manusia modern itu, SIMPLE!
Bangun pagi, pergi ke kantor, pulang, istirahat.


Bangun pagi, pergi ke mall, belanja, pulang, istirahat.


Bangun pagi, hangout sama temen, main game, istirahat.

Bangun pagi... pulang kampung, istirahat.

Untuk apa kita bangun pagi? 
Berangkat ke kantor.


Untuk apa berangkat ke kantor?
Untuk cari uang
Untuk apa cari uang?
Agar bisa bertahan hidup

Untuk apa bertahan hidup?
Agar bisa menikmati hidup

Untuk apa menikmati hidup?
Ya... karena kita hidup

Lha iya... ngapain kita harus menikmati hidup?
Ya hidup cuma sekali, ngapain gak di nikmati?

Kalo memang hidup untuk menikmati hidup, apa bedanya hidup kita dengan monyet?
Monyet juga bertahan hidup hanya untuk berkembang biak, bermain, bersenang-senang...

Kalo memang hidup untuk menikmati hidup, apa bedanya hidup kita dengan lumba-lumba?
Lumba-lumba juga bertahan hidup hanya untuk berenang menjelajah samudra, bermain dan bersenang-senang...

Apakah hidup kita hanya untuk bertahan hidup dan berkembangbiak?
Apakah hidup kita hanya untuk bersenang-senang, berlomba-lomba dalam kesombongan dan kemewahan?
Adik-adikku yang impiannya besar,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Kehidupan Mahasiswa

Ibu Sayang

Membela Tuhan