Akulah Pecundang Itu
Jika ada orang yang harus bertanggungjawab terhadap krisis yang sedang dialami STUDENTPLUS saat ini, maka orang itu adalah... SAYA, Hari Nugraha.
Yah, sejak awal Oktober 2010 saya dipercaya mengemban amanah untuk mengelola usaha lembaga bimbingan belajar di Manukan. Harapan tinggi telah digantungkan oleh kedua investor padaku, namun setelah lima bulan berjalan... harapan itu masih jauh dari kenyataan. Saya menemui banyak kekurangan dalam banyak hal. Misalnya: sistem pengajaran yang tidak punya standar, pelaporan keuangan yang kacau balau, kurikulum yang tidak jelas, dan masih banyak hal lainnya.
Pada akhir bulan April 2011 saya mendeklarasikan "STUDENTPLUS Go Professional". Saya mengajak lima orang staf pengajar, juga seorang staf administrasi untuk membenahi kekacauan yang terjadi selama lima bulan beroperasi. Kami menggantungkan mimpi yang tinggi. Dan kami bekerja keras untuk ini...
Di saat yang sama, saya juga menguji-coba program baru STUDENTPLUS , "Cross Culture Education" (CCE). Sebuah program yang sama sekali BARU. Yah, STUDENTPLUS bekerjasama dengan sekolah-sekolah untuk mengadakan pendidikan lintas budaya Internasional. Kami akan mendatangkan mahasiswa-mahasiswa dari berbagai universitas di seluruh dunia untuk melakukan presentasi budaya dan berdiskusi terhadap isu-isu global.
Belum ada pesaing yang melakukannya, dan tak seorangpun diantara pengelola STUDENTPLUS yang pernah melakukannya. Tapi, saya menaruh harapan yang sangat tinggi terhadap program ini sebagai lompatan besar kegiatan pemasaran kami. Dan saya... telah melibatkan banyak orang karena hal ini.
Bulan Juni 2011, semuanya seloah berjalan sesuai rencana. Kami mulai mengembangkan kurikulum sendiri, membuat sistem pembelajaran yang sama sekali baru, dan mengembangkan metode belajar sendiri. Kami melakukan riset dan pengembangan.
Namun, tidak demikian dengan program baru kami, CCE. Sampai pada akhir bulan Juni, kami belum punya kepastian berapa uang yang dapat kami terima dari program CCE. Padahal pada awal Juli, para intern (mahasiswa asing) akan tiba di Surabaya dan mulai menguras anggaran kami.
Pada awal Juli, satu persatu intern berdatangan ke Surabaya. Dimulai dari kedatangan Liviu Toplicenau dari Romania, kemudian Anais Leiner dari Perancis, dan ditutup oleh kedatangan Karina Kudakaeva yang mengejutkan dari Russia.
Dan sejak saat itu, satu-persatu rencana kami berubah TOTAL... kami bergerak kearah jurang kehancuran kami sendiri. Anggaran kami defisit. Tidak ada pemasukan sama sekali.
Saya bekerja keras mencari mitra kerjasama untuk program ini, namun saya dibenturkan oleh ketidak siapan kami sendiri dalam konsep maupun sistemnya. Fokus dan perhatian saya tersedot dalam program ini, merencanakan sistem dan konsepnya, karena kami menghadapi persoalan biaya yang sangat SERIUS. Namun, Allah memberikan kami jalan keluar agar tidak rugi. SMA Negri 11 dan SMK IPIEMS, dengan segala keterbatasannya, bersedia bekerjasama dengan kami. Ada angin kelegaan yang berhembus saat itu, karena kini... kami tak lagi perlu khawatir dengan anggaran kami untuk program ini sampai selesai pada 13 Agustus nanti.
Persoalan satu (CCE) hampir selesai, namun masih ada persoalan baru yang juga SERIUS. Kami tidak punya MURID di kelas kami! Kelas kami kosong karena tidak ada kegiatan promosi selama bulan Juni-Juli. Bahkan, BROSUR-pun kami TAK PUNYA! Kami membuka lowongan untuk Guru, namun kami tak punya murid untuk mereka bekerja.
Dan di saat saya mulai bekerja dan memikirkan bagaimana cara untuk mendapatkan murid untuk kelas STUDENTPLUS , kami dibenturkan masalah baru: pelanggan les privat sudah mulai minta aktif belajar lagi. Sedangkan... kami, tak punya lagi guru les privat yang bisa mengakomodasi semuanya.
Yah... setiap hari selalu ada tantangan baru di STUDENTPLUS . Kami menjadi reaktif terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul. Hingga akhirnya saya menyadari, bahwa saya telah mengelola tim ini dengan buruk.
Saya ingat kembali beberapa peristiwa di masa lalu, tepatnya ketika di bulan April 2011, ketika saya mendeklarasikan "STUDENTPLUS Go Professional!". Saya sangat berapi-api waktu itu. Namun saya kurang maksimal dalam mengusahakan deklarasi itu.
Saya memasang target yang terlampau tinggi, dan saya berusaha kurang maksimal dalam mencapainya. Kini STUDENTPLUS diambang kolaps... kami masih bisa bertahan dengan sisa-sisa tenaga dan anggaran yang kami punya.
Tulus dari lubuk hati yang terdalam saya meminta maaf yang sangat mendalam kepada: Pak Budi Pangestu, Bu Nurdiantarawati, Stefani Agustin, Dirga Mahardika, Intan Febri, Bagus Candra, Putri Catur, dan Emma Wulandari... karena saya telah menahkodai STUDENTPLUS ke jurang krisis seperti ini.
"Saat ini kami adalah elang kecil yang sedang belajar terbang. Kami melihat atap langit yang tinggi dan mencoba meraihnya... namun kami seringkali terjatuh ketika mencoba mengepakan sayap dan menyentuh atap langit yang biru.
Kali ini kami jatuh sangat keras... dan kami kesakitan karena jatuh itu. Namun itu tidak menyurutkan semangat kami untuk terus berusaha terbang.
Sebab kami yakin, suatu hari nanti... kami adalah elang dewasa yang mampu terbang tinggi, menjadi penguasa langit dan melihat dunia dari lapisan atmosfir yang tinggi... melakukan manuver udara yang cantik, dan menangkap mangsa kami sendiri... bahkan, menangkap mangsa untuk anak-anak kami kelak."
Komentar
Posting Komentar