Takbiran Terakhir
Alhamdulillah... Idul adha telah tiba. Di kampung tempatku tinggal, Idul Adha disebut juga sebagai Lebaran Haji. Sehari sebelum sholat ied disunahkan oleh Rasul untuk berpuasa. Malam harinya biasanya diisi dengan bacaan kalimat takbir, Allahu akbar... Allahu akbar... Allahu akbar...
Sembari menulis blog ini, sempat juga kupikirkan nasib orang-orang yang tidak seberuntung saya. Pagi tadi sepulang anterin adikku ke sekolah, seorang pria tewas dipinggir jalan di perumahan Darmo Permai dengan badan penuh luka. Kuat dugaan ia jatuh terpeleset dari sepeda motor karena jalan licin setelah hujan. Begitu juga dikampungku, seseorang dikabarkan meninggal pada saat setelah waktu ashar. Mereka berdua hanya beberapa contoh orang-orang yang kurang beruntung karena tidak sempat menikmati indahnya berbagai di Idul Adha. Sungguh, jika Allah menghendaki maka tiada daya untuk menahannya walau sedetik.
Malem ini kumandang takbir terdengar dengan lantang, suaranya begitu menyulut bara jiwa ini untuk terus ingat pada Yang Maha Kuasa. Sudah menjadi tradisi di kampung tempat saya tinggal untuk mengumandangkan takbir bersama, biasa disebut Takbiran. Aku jadi teringat peristiwa memalukan ketika aku melakukan takbiran.
Waktu itu aku berusia 8 tahun, bersama adikku dyan... kami sholat isya di masjid pasar (begitulah kami menyebut nama masjid Darul Falikhin). Setelah selesai salam rakaat terakhir, kami memutuskan untuk ikut takbiran yang diselenggarakan masjid pasar. Saat itu banyak teman-teman kami yang sebaya dengan kami juga bergabung dengan kami, ada Tigor (si Roti Goreng), Anas (kompetitorku), Dwi (striker andalan tim sepak bola RT), Boby, dan masi banyak lagi teman-teman lainnya. Perjalanan takbiran pun dimulai... melewati kompleks perumahan.
Segala sesuatunya berjalan dengan lancar, tertib, rang dan gembira sebelum rombongan kami bertemu dengan rombongan takbiran dari masjid lain (belakangan diketahui rombongan ini berasal dari masjid Al Muhajirin).
Aku melihat rombongan lain sebagai sekumpulan anak-anak keren yang membawa OBOR... "Pasti rombongan takbiran mereka lebih keren daripada yang sedang aku ikuti", ujarku dalam hati.
Dyan, adiku yang saat itu berusia 6 tahun, mengajaku bergabung ke "rombongan keren" itu. Spontan, aku langsung mengiyakannya karena hal itu sudah kupikirkan sejak lama.
Kami berduapun lantas ber"pindah haluan" mengikuti "rombongan keren" itu. Setelah melalaui malam yang bahagia membawa OBOR dan mengumandangkan takbir berkeliling-keliling sepanjang jalan, kami pun lelah dan ingin segera pulang untuk beristirahat.
Namun perjalanan "rombongan keren" itu semakin ngawur... Atau aku yang berpikir demikian karena aku tidak tahu mo kemana arah perjalanan ini, rasanya semakin jauh saja dari rumah kami... melewati perkebunan mangga, sawah-sawah... kondisi gelap, tak ada penerangan jalan, seperti bukan di Surabaya saja.
Satu hal yang ada dibenaku saat itu... "Kesasar", alias tersesat...
Yah... ternyata aku telah tersesat. Rasanya tidak aku percayai bahwa aku telah "menyesatkan" adiku juga.
Dyan: "Pulang yuk"
Aku: "Aku sih ayo ayo ae, tapi lewat mana..."
Dyan: "Ga ngerti jalan pulang ta???"
Aku: (mencoba tetap stay cool) "ngerti seh, cuma lupa lewat mana"
Kemudian aku mencoba tanya pada pemimpin rombongan yang ada di depan barisan.
Aku: "Mas-mas, jalan ke Manukan tu lewat mana ya"
Pemimpin Rombongan (PR): Lho, Manukan mana?
Dyan: "itu lho, lewat depan rumahnya Wawan"
PR: "???????"
Aku: "Itu di deketnya toko Nam Tama, daerah SMU 11"
PR: "Wah, ndak tau dik"
Aku: (mapus)
Dyan: "lhooooo..."
PR: "Coba tanya tukang becak aja, dia lebih tau"
Singkat cerita, kami berdua pun memisahkan diri dari "ROMBONGAN KEREN" itu, seperti anak ayam kehilangan induknya, tersesat di suatu daerah asing yang gelap gulita, hanya obor yang kubawa sebagai penerang jalan. Setelah jalan tanpa arah cukup lama, kami menemukan tukang becak, dan untungnya dia adalah tukang becak sungguhan, bukan jadi-jadian atau semacamnya.
Setelah menerima penjelasan dari tukang becak, kami langsung mengikuti semua instruksinya, dan berhasil selamat samapai ke rumah.
Komentar
Posting Komentar